SOAL
1.
Jelaskan sejarah sosiologi, para
ahli,dan pokok kajiannya !
2.
Uraikan secara lengkap tentang
sosialisasi !
3.
Jelaskan dengan lengkap kajian tentang
interaksi sosial dan analisa bagaimana interaksi yang terjadi di kelas mu!
4.
Uraikan tentang kelompok sosial dan
jelaskan serta sebutkan kelompok sosial apa saja yang ada di prodi mu!
5. Coba
anda jelaskan hubungan-hubungan yang terjadi antara sosialisasi dan interaksi
sosial !
A. SEJARAH
SOSIOLOGI
Sosiologi
merupakan suatu ilmu yang mempunyai materi sebagai penelitiannya:segala
kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Juga Plato dan Aristoteles telah
membahas banyak hal yang merupakan sebagian dari sosiologi, hanya pembahasanya
di lakukan dalam filsafat tentang masyarakat jamannya. Dengan demikian materi
yang mereka bahas belum dapat disebut sosiologi, khususnya karna mempunyai
unsure etika di dalamnya, yaitu bagaimana seharusnya masyarakat itu menurut
pandangan mereka. Karna itu materi yang mereka bahas dikenal dengan nama
Filsafat Sosial atau Sozialphilosophie dalam bahasa Jerman.
Dalam
fasel permulaan dari sosiologi, juga tidak dapat dielakan bahwa sebagai manan
semua Ilmu,ia berpangkal pada Filsafat yang di kenal sebagai “Ibu Ilmu
Pengetahuan”. Plato (429-374 SM) membahas unsur-unsur soiologi dalam pebahasan
tentang Negara; Aristoteles (384-322 SM) membahas unsure-unsur sosiologi dalam
hubungan dengan etika sosial, yaitu bagaimana tingkah laku manusia dalam
hubungannya dengan sesama manusia atau pun di dalam kehidupan sosialnya. Di
dunia Arab terkenal nama dari Ibnu Khaldun(1332-1406) yang mempunyai pikeran
sosiologi lebih terpelinci dan sangat maju, sehinggah ia sering di sebut juga
senagai peletak batu pertama dari sosiologi sebagai ilmu, yaitu mendahului
Aguste Comte (1789-1857). Sesudah itu Herbert Spencer lebih jelas lagi
memberikan bentuk bahkan megunakan nama sosiologi, yaitu dalam tulisanya
Principles of Sociology. Massa penjajagan sosiologi kemudian berkembang menjadi
sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodelogi sosiologi melalui
bukunya Rules of sociological Method. Semua ini menunjukkan bahwa sosiologi
banyak hubungannya dengan filsafat , sejarah dan politik, yaitu karena
sosiologi sebenarnya mempelajari gejala hubungan antar manusia (Latin: sozius =
kawan) sedangkan sebagai ilmu ia memperoleh sistematikanya ( Yunani : logos =
menurut atuan dan susunan, kata atau berbicara) di kemudian hari.
Maka
sosiologi adalah :
“Ilmu
yang hendak mengerti dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial dari manusia hal
mana mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
Sumber
: Dr.phil. Astrid S.Susanto, Pengantar
Sosiologi dan Perubahan Sosial, 1983, Binekacipta, hal. 1-2
B. PARA
AHLI SOSIOLOGI
1) Auguste
Comte (1798-1853)
Auguste Comte yang pertama memakai
istilah “sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup
dan isi sosilogi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Ia
menyusun suatu sistematika dan filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap
pemikiran yang berbeda-beda .
Menurut Comte ada tiga tahap
perkembangan intelektual, yangmasing-masing merupakan perkembangan dari tahap
sebelumnya.
·
Tahap pertama dinamakan tahap teologis
atau fiktif
Yaitu
suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis,
yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang
Maha Kuasa. Penafsiaran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dari factor-faktor
yang tidak terduga timbulnya.
·
Tahap kedua adalah tahap metafisik
Pada
tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat
kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan.
Manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan
bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha
untuk menemukan hokum alam yang seragam.
·
Tahap ketiga adalah tahap positif
Merupakan tugas
ilmu pengetahuan, penjelasan gejala alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu
pada deskripsi ilmiah: didasarkan pada hokum ilmiah.
Sumber : Soerjono Soekanto,
SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR, 1982, PT RajaGrafindo Persada, hal. 30
Comte
memperkenalkan metode positif ini, maka Comte dianggap sebagai perintis
positivisme. Ciri metode positif ini ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa
fakta dan bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan. Sarana yang
digunakan untuk melakukan kajian ialah pengamatan, perbandingan, eksperiman,
atau metode historis.
Sumbangan
fikiran penting lain yang diberikan Comte adalah pembagian sosiologi ke dalam
dua pembagian besar :
·
Statiska Sosial ( Social Statics ),
yaitu kajian terhadap tatanan sosial.
·
Dinamika Sosial (Social Dynamics), yaitu
kajian terhadap kemjuan dan perubahan sosial.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 4
2) Karl
Marx (1818-1883)
Marx
telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu
teori tentang perubahan yang menunjukkan petkembangan masyarakat menuju suatu
keadaan dimana ada keadilan sosial. Menurut Marx selama masyarakat masih
terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun
segala kekuatan dan kekayaan. Hukum, filsafat, agama ddan kesenian merupakan
refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian, hukum-hukum
perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut dapat berubah baik melalui suatu revolusi
maupun secara damai. Akan tetapi, selama masih ada kelas yang berkuasa atau
disebut kelas bourgeoisie ( kelas yang terdiri atas orang yang menguasai alat
produksi) maka tetap terjadi eksploitasi terhadap kaum lemah atau disebut kelas
proletar ( orang yang tidak memiliki alat produksi ). Oleh karena itu, selalu
timbul pertikaian antara kelas-kelas tersebut, yang akan berakhir apabila ada kesadran
kelas yang menimbulkan perjuangan kelas dari kelas proletar maka kelas
bourgeoisie akan kalah dan kelas proletar akan menang sehingga terjadi masyarakat
tanpa kelas.
Sumber :
ü Soerjono Soekanto, SOSIOLOGI SUATU
PENGANTAR, 1982, PT RajaGrafindo Persada, hal. 30
ü Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 4
3) Emile
Durkheim (1858-1917)
Durkheim
merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif. Ia melihat bahwa setiap
masyarakat manusia memrlukan solidaritas. Ia juga membedakan antara dua
tipe solidaritas :
·
Solidaritas Mekanik
Merupakan
suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan . Menurut Durkheim solidaritas
mekanik dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana (segmental). Pada
masyarakat seperti ini bellum terdapat pembagian kerja yang berarti. Dengan
demikian, tidak terdapat kesalingtergantungan antara kelompok berbeda, karena
masing-masing kelompok dapat memnuhi kebutuhannya sendiri dan masing-masing
kelompok pun terpisah denngan kelompok lain.
·
Solidaritas Organik
Masyarakat
pada solidaritas organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat
memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh suatu
kesalingketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas
organic merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling
tergantung laksana bagian suatu organism biologi. Berbeda dengan solidaritas
mekanik yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organik
didasarkan pada hukum dan akal.
Buku
Suicide (1986) merupakan upaya Durkheim untuk menerapkan metode yang telah
dirintisnya dalam Rules of Sociological Method untuk menjelaskan faktor sosial,
yaitu angka bunuh diri. Hal itu dilakukan dengan mengumpulkan menganalisis data
kuantitatif.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 5
4) Max
Webber
Weber
merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif dan menulis sejumlah buku dan
makalah. Salah satu bukunya yang
terkenal ialah The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904). Dalam
buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenal mengenai keterkaitan
antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurut
Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara
bersamaan dengan perkembangnya Sekte Kapitalisme dalam agama Protestan.
Sumbangan
Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajiannya mengenai konsep dasar
sosiologi. Dalam uraian ini Weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu
yang berupaya memahami tindakan sosial. Arti penting tulisan ini adalah bahwa
di kemudian hari tulisan ini menjadi acuan bagi dikembangkannya teori sosiologi
yang membahas interaksi sosial . namun yang perlu juga dikemukakan di sini
ialah bahwa pendekatan sosiologi , yaitu pendekatan individu (rasionalisme).
C. POKOK
BAHASAN SOSIOLOGI
1) Emile
Durkheim : Fakta Sosial
Menurut Durrkheim, pokok pembahasan sosiologi
adalah fakta-fakta social. Yang dimaksud fakta sosial adalah pola-pola atau
sistem yang mempengaruhi cara manusia bertindak, berpikir, dan merasa. Fakta
social tersebut berada di luar individu dan mempunyai kekuatan memaksa dan mengandalikan individu
tersebut. Contoh dalam masyarakat
terdapat spesialisasi aspek kehidupan, seperti bidang ekenomi, pendidikan,
hokum, atau kesenian yang berada di luar individu dan bersifat mengendalikan
dan memaksa individu. Fakta social tersebut mengendalikan dan dapt
memaksa individu, karena bilamana individu melanggarnya ia akan terkena sanksi.
Konsep pokok kajian ini dapat kita angkat dari dua buku terkenal yang ditulis
Durkheim, The Division of Labor in Society (1986) dan Suicide (1968).
Sumber :
ü Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd.,
Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.
Gelora Aksara Pratama, hal. 6
ü Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 11
2) Max
Weber : Tindakan Sosial
Menurut Weber, suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai
makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan memahami megapa tindakan
social mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai
makna subjektif bagi pelakunya, maka ahl sosiologi yang hendak melakukan
penafsiran bermakna, yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan social
harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati
pengalamannya(“put one’s self imaginatively in the place of place of the actor
and thus sympathetically to participate in his experiences”).
3) Wright
Mills : The Sociological Imagination
Pokok bahasan sosiologi menurut C. Wright Mills terkenal dengan
sebutan khayalan sosilogis ( the sociological imagination ). Khayalan sosiologi
ini diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang
ada dalam diri manusia. Menurut Mills, dengan khayalan sosiologis, kita mampu
memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara
keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologi adalah personal troubles of
milieu dan public issue of social structure. Personal troubles of milieu adalah
permaslahan pribadi individu dan
merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi, sedangkan public issue of social
structure merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 7
4) Peter L.
Berger : Realitas Sosial
Pokok bahasan sosiologi menurut Berger adalah pengungkapan realitas
social. Seorang sosiolog harus bisamenyingkap berbagai tabir dan mengungkap
tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog
tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara
ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, pengamatan tabir
secara jeli, dan menghindari penilain normative. Hal ini disebabkan karena
realitas social adalah sebuah bentukan
dan bukan merupakan sesuatu yang begitu saja ada.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal.7-8
5) Pembagian
Sosiologi : Makrosoiologi, Mesosiologi, dan Mikrososiologi
Sejumlah ahli mengklasifikasikan poko bahasan sosiologi ke dalam
dua bagian; ada pula yang membagi ke dalam tiga bagian. Broom dan Selznick
mambedakan antara tatanan makro dan tatanan mikro; Douglas membedakan antara
perspektif makrososial dan perspektif mikrososial; Johnson membedakan antara
jenjang makro dan jenjang mikro; dan Collins membedaka terdapat tiga jenjang
analisis: mikrososilogi, mesosiologi, dan makrososiologi.inkeles pun melihat
bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas: hubungan social,
institusi, dan masyarakat.
·
Makrososiologi adalah bagian sosiologi yang
mempelajari cirri masyarakat secara menyeluruh serta system masyarakat
dunia(Lenski), bagian sosiologi yang melibatkan analisis proses social berskala
besar dan berjangka panjang(Collins).
·
Mesosiology adalah bagian sosiologi yang
tertarik pada institusi khas dalam masyarakat (Lenski).
·
Mikrososilogi adalah bagian sosiologi yang
mempelajari dampak system social dan kelompok primer pada individu (Lenski);
bagian sosiologi yang melibat aalisis rinci mengenai apa yang dilakukan,
dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam laju pengalaman sesaat(Collins).
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 19-20
II.
SOSIALISASI
A. PENGERTIAN
SOSIALISASI
Penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat
tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok aau masyarakatnya dalam sosiologi
disebut sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Menurut para ahli :
·
Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses
belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam
masyarakat.
·
David Gaslin
Sosialisasi adalah proses
belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan
norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.
B. PROSES
SOSIALISASI
1. George
Herbert Mead
Menurut George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self,
and Society (1972), ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri
manusia berkembang tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain.
Setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang aada dalam
masyarakat.hal ini merupakan suatu proses yang disebut Mead sebagai role taking (pengambilan peran). Dalam
proses ini, sseorang belajar mengetahui peran apa yang dijalankan orang lain.
Ada tiga tahap perkembanagandiri manusia, yaitu
:
·
Play Stage
Dalam tahap ini, seorang anak
kecil mulai belajar mengambil peran orang0orang yang berada di sekitarnya. Ia
mulai meniru peran yang dijalankan oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya,
atau orang yang sering berinteraksi dengannya (significant others). Pada tahap ini seorang anak belum memahami
isi peran yang dititunya.
·
Game Stage
Pada tahap ini, seorang anak
tidak hanya mengetahui peran ynag harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui
peran yang dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut
sudah menyadari peran yang ia jalankan dan peran dijalankan orang lain.
·
Generalized Others
Pada tahap ketiga ini, anak
telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalized others), tidak sekedar
orang-orang terdekatnya (significant others).
Dalam tahap ini, ia telah mamu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat
karena telah memahami peran dirinya dan
peran orang lain.jika anak telah mencapai taha[ ini, maka ia telah mempunyai
suatu diri.
Dari pandangan tersebut, Mead jelas mengatakan bahwa diri
sesorang terbentuk melalui interaksi denga orang lain. Dalam interaksi tersebut
ia mengalami proses sosial.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 98-99
2.
Charles Horton Cooley
Pandangan lain yang juga menekankan pada
interaksi dalam proses sosialisasi tertuang dalam buah pikiran Charles Horton
Cooley. Menurut Cooley konsep diri (self-concept)
seseorang berkambang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang
berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley sebut dengan looking-glass self. Nama demikian
diberikan olehnya karena ia melihat analogi antara pembentukan diri seseorang
dengan prilaku orang yang sedang bercermin; kalu cermin memantulkan apa yang
dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya.
Cooley berpendapat bahwa looking-glass self terbentuk melalui tiga tahap, yaitu sebagai
berikut:
·
Pada tahap pertama sesorang mempunyai persepsi
mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
·
Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi
mengenai penilaina orang lain terhadap penampilannya.
·
Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan
terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar
SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 23
C.
AGEN SOSIALISASI
Fuller dan Jacobs mengidentifikasikan empat
agen sosialisasi utama atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi.
Keempat agen tersebut adalah keluarga, kelompok sebaya atau sepermainan,
sekolah dan media massa.
1.
Keluarga
Pada awal kehidupan manusia biasanya agen
sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Gertrude Jaeger
mengemukakan bahwan peran agen sosialisasi pada tahap awal (primer) sangat
penting. Arti penting agen sosialisasi pertama pun terletak pada pentingnya
kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Untuk dapat berinteraksi dengan
significant others pada tahap ini seseorang bayi belajar berkomunikasi secara
verbal dan nonverbal; ia mulai berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan
penglihatan tetapi juga melalui panca indra lain, terutama sentuhan fisik.Pada
tahap ini anak memasuki play stage dalam proses pengambilan peran orang lain.
2.
Teman Bermain
Setelah
mulai dapat bepergian, seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain: teman
bermain, baik yang terdidri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Di
sini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. Kalau dalam keluarga
interaksi yang dipelajarinya di rumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat
(seperti antara nenek atau kakek dengan cucu, orangtua dengan anak, paman atau
bibidengan kemenakan, kakak dengan adik, atau pengasuh dengan anak asuh) maka
dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang
sederajat karena sebaya. Pada tahao ini seorang anak memasuki game stage—mempelajari
aturan yang mengatur peran yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok b ermain
pula seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
3.
Sekolah
Agen sosialisasi berikutnya dalam
masyarakat yang telah mengenalnya adalah system pendidkan formal. Di sini
seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga atauoun
kelompok sebaya. Pendidkan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran
di kemudian hari, di kala sesorang tidak lagi tergantung lagi pada orang
tuanya.
Sejumlah ahli memusatkan perhatian mereka
pada perbedaan antara sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga dengan
sosialisasi pada system pendidkan formal. Robert Dreeben (1986), misalnya,
berpendapat bahwa yang dipelajari anak di selokah_di samping membaca, menulis,
dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi
(achievement), universalisme (universalism), dan spesifilitas (specifity).
Pemikiran Dreeben ini dipengaruhi oleh dikotomi yang dikembangkan oleh Talcott
Parsons—misalnya antara ascription dan achievement, particultual dan
universalisme, diffuseness dan specificity.
4.
Media Massa
Light, Keller, dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media
massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik
(radio, televise, film, intrenet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau
sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen
sosialisasi yang berpengaruh pula perilaku khalayaknya. Peningkatan teknologi
yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi
penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan
sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.
Sumber
: Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas
Indonesia hal. 24-26
D.
BENTUK SOSIALISASI
Light,
Keller, dan Calhoun mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan
sosialisasi dinin yang dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization), maka selanjutnya ia akan mendapat
sosialisasi sekunder (secondary
socialization).
1.
Sosialisasi Primer
Adalah
sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang . Berger dan Luckman
menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalankan
individusemasa kecil, hal iyu dipelajari dalam kelurga.
2.
Sosialisasi Sekunder
Adalah proses
berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan luar keluarganya,
seperti sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 108
E.
POLA SOSIALISASI
Jaeger membagi sosialisasi ke dalam
dua pola. Kedua pola tersebut adalah pola sosialisasi represif dan pola
sosialisasi partisipatoris.
1.
Sosialisasi Represif
Menekankan
pada penggunaan hukuman terhadap hukuman terhadap kesalahan. Cirri lain
terhadap sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam
hukuman dan imbalan.
2. Sosialisasi
Partisipatoris
Merupakan pola dimana anak diberi imbalan
ketika berperilaku baik. Selain into, hukuman dan imbalan bersifat simbolik.
Dalam proses ini anak diberi kebebasan. Penekanan dilletakkan pada interaksin
dan dan komunikasi yang bersifat lisan.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 109-110
III.
INTERAKSI SOSIAL
A. Pengertian
Interaksi sosial
adalah hubunagn timbale balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi hubunga
antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara
kelompok dengan kelompok. Sementara itu menurut Gillin, interaksi sosial adalah
hubungan-hubungan sosial yang dinamis ynag menyangkut hubungan antarindividu,
individu dan kelompok, atau antarkelompok.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 56
B. Syarat
Terjadinya Interaksi Sosial
Menurut Sorjono
Soekanto, inyeraksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu
kontak sosial dan komunikasi.
1.
Kontak Sosial
Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama
dan tangere yang ertinya
meyantuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyantuh. Dalam pengertian
sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi ataupun
hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain
tanpa menyantuhnya , misalnya bicara melalui telepan, radio, atau surat
elektronik.
2.
Komunikasi
Hal terpenting dalam komunikasi yaitu
adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku dan perasaan yang disampaikan. Ada
lima unsure pokok dalam komunikasi, yaitu:
·
Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan
pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain
·
Komunikan, yaitu orang atau kelompok orang yang
dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
·
Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh
komunikator berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
·
Media , yaitu alat untuk menyampaikan pesan
berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
·
Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi
pada komunikan , setelah pesan dari komikator.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 57
C. Faktor-Faktor
Terjadinya Interaksi
1.
Imitasi
Imitasi
adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa
dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Dorongan seseorang untuk meniru orang
lain tidaklah berjalan dengan sendirinya. Perlu sikap menerima, mengagumi, dan
sikap menjunjung tinggi apa yang akan di imitasi itu.
2.
Sugesti
Sugesti
berlangsung apabila seseorang member pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu
diterima oleh orang lain atau mempengaruhi dan memaksa orang lain untuk
bertindak.
3.
Identifikasi
Merupakan
kecenderungan atau krunginan sesorang untuk menjadi sama dengan pihak lain
secara keseluruhan.
4.
Simpati
Merupakan
suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses
simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan
merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang llain tersebut.
5.
Empati
Merupakan simpati mendalam
yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 61-63
D. Bentuk-Bentuk
Interaksi Sosial
1. Kerja
Sama
Adalah suatu usaha bersama
antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul
karena orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi
individu terhadap kelompok lainnya kelompoknya (out group).
2. Akomodasi
Memiliki dua makna , yaitu sebagai
keadaan dan proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan
interaksi antarindividu atau antarkelompok yang berkaitan dengan nilai dan
norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu pada
usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tetap tercipta
keseimbangan. Dapat dikatakan sebagai cara-cara untuk mengurangi/menghentikan
pertikaian atau pertentangan.
3. Asimilasi
Merupakan usaha-usaha untuk
mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu
kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
4. Akulturasi
Adalah berpadunya dua kebudayaannya yang
berbeda dan membentuk suatu kebudayaan barudengan tidak menghilangkan cirri
kepribadian masing-masing.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati,
S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 75-79
E. Analisa
Terhadap Interaksi Sosial di Kelas
Menurut analisa saya, iteraksi yang terjadi di kelas sudah
berjalan dengan baik. Kontak sosial dan
komnunikasi sebagai syarat utama interaksi sosial sudah terwujud, antarindividu
telah mengenal satu sama lain. Proses komunikasi seperti penyampaian pesan/informasi
dari komisaris terdistribusi dengan baik. Proses simpati sebagai salah satu
dasar terjadi interaksi sosial juga telah terdeskripsi dengan jelas antara
individu dan individu, misalnya : saya sendiri merasa tertarik untuk berteman kepada bebrapa orang
diantara 19 orang lainnya. Ketika beberapa orang tersebut menghadapi masalah,
saya ikut merasakan hal tersebut. Dan proses simpati juga terjadi pada
pertemanan lainnya yang ada di kelas.
Namun, terdapat beberapa individu yang cenderung pasif dan menutup
diri terhadap orang lain. Ada juga yang membuka peluang pertemana jika orang
lainlah yang berinteraksi dengannya, bukan ia yang lainlah berinteraksi
terlebih dahulu.
IV.
KELOMPOK SOSIAL
A. Pengertian
Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi
tentang kelompok sosial , sebagai berikut :
·
Joseph S. Roucek
Suatu kelompok meliputi dua
atau lebih manusia yang di antara mereka terdapat bebrapa pola interaksi yang
dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
·
Wila Huky
Kelompok merupakan suatu unit
yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling
berkomunikasi.
B. Faktor
Pembentukan Kelompok Sosial
·
Kedekatan
Dapat berarti kedekatan fisik
(tempat tinggal yang berdekatan , bersekolah atau bekerja di tempat yang sama)
maupun kedekatan emosional (pertalian emosi karena kekerabatan atau persahabatan).
·
Kesamaan
Orang lebih suka berhubungan dengan orang lain
yang memiliki banyak kesamaan dengan dirinya.
C. Karakteristik
Kelompok Sosial
·
Setiap individu harus meruoakan bagian dari
kesatuan sosial
·
Terdapat hubungan timbale balik di antara
individu yang tergabung dalam kelompok
·
Adanya factor yang sama da dapat mempererat
hubungan dalam kelompok
·
Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai pola
perilaku
·
Bersistem dan berproses
D. Klasifikasi
Kelompok Sosial
1. Kelompok
Sosial yang Teratur
a. Berdasarkan
atas besar kecilnya jumlah anggota kelompok
·
Kelompok primer (primary group)
·
Kelompok sekunder (secondary group)
b. Berdasarkan
atas derajat organisasinya
·
Kelompok formal (formal group)
·
Kelompok informal (informal group)
c. Berdasarkan
atas interaksinya
·
Kelompok acuan (reference group)
·
Kelompok keanggotaan (membership group)
2. Kelompok
Sosial yang Tidak Teratur
a. Kerumunan
(crowd)
Bersifat sementara karena
terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisir.
b. Publik
(public)
Merupakan kelompok yang bukan
kesatuan, karena individu-individu tidak oernah saling bertemu.
c. Massa
Merupakan kumpulan orang
banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, cenderung lebih
rasional dan logis.
E. Dinamika
Hubungan Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok adalah hubungan antara
dua kelompok atau lebih yang mempunyai cirri khusus.dalam hubungan
antarkelompok, ada beberapa dimensi sikap yang memunculkan dinamika, antara
lain dimensi sikap dan dimensi perilaku yang mengarah pada konflik atau
terciptanya situasi hubungan yang harmonis.
Sumber : Fritz Damanik, Seribu Pena SOSIOLOGI
untuk SMA/MA Kelas XI, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 105-109
F. Kelompok
Sosial yang Ada di Prodi Antropologi
·
Ling KA ( Lingkaran Kerabat Antropologi )
·
Antrop FC Futsal
·
Antropologi Ekspedisi
V.
Hubungan yang Terjadi Antara Sosialisasi dan Interaksi Sosial
Sosialisasi
adalah penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat tentang
kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok aau masyarakatnya dalam sosiologi disebut
sosialisasi. Sosialisasi yaitu sebuah proses penanaman atau transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari
satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat.
Sedangkan interaksi sosial adalah hubunagn timbale balik (sosial) berupa aksi
saling mempengaruhi hubunga antara individu dengan individu, antara individu
dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Sementara itu menurut
Gillin, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis ynag menyangkut
hubungan antarindividu, individu dan kelompok, atau antarkelompok.
Melalui interaksi, masyarakat berusaha
menanamkan nilai dan norma sosial dalam diri generasi berikutnya. Dengan
demikian, diharapkan anak cucu mereka juga merasakan kebaikan dari nilai
penanaman nilai-nilai dan norma yang telah mereka anut. Secara sederhana,
proses penanaman nilai-nilai dan norma sosial kepada generasi berikut itulah
yang dinamakan sosialisasi.
Curtiss dan Pines mengisahkan seorang gadis
berusia 13 tahun yang bernama Genie. Dia disekap ayahnya di dalam gudang gelap
sejak umur 2 tahun. Kondisi awal saat ditemukan tidak dapat
berbicara, berjalan, atau mandi sendiri. Mereka bersifat apatis dan acuh tak
acuh terhadap lingkungan sekitar mereka. Walaupun mengalami kemajuan setelah
dirawat intensif, ia tidak dapat berkembang hingga tahap seharusnya yang
dialami anak-anak seusianya.
Dari kasus tersebut, tergambarkan betapa
pentingnya sosialisasi dan interaksi sosial bagi manusia. Tanpa keduanya,
proses pembentukan kemampuan akal, emosi, dan jiwa seaeorang tidak dapat
berkembang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar