Total Tayangan Halaman

Senin, 25 November 2013

MIT SEMESTER SOSIOLOGI


SOAL
1.      Jelaskan sejarah sosiologi, para ahli,dan pokok kajiannya !
2.      Uraikan secara lengkap tentang sosialisasi !
3.      Jelaskan dengan lengkap kajian tentang interaksi sosial dan analisa bagaimana interaksi yang terjadi di kelas mu!
4.      Uraikan tentang kelompok sosial dan jelaskan serta sebutkan kelompok sosial apa saja yang ada di prodi mu!
5.      Coba anda jelaskan hubungan-hubungan yang terjadi antara sosialisasi dan interaksi sosial !
 
A.   SEJARAH SOSIOLOGI
Sosiologi merupakan suatu ilmu yang mempunyai materi sebagai penelitiannya:segala kejadian nyata dalam kehidupan manusia. Juga Plato dan Aristoteles telah membahas banyak hal yang merupakan sebagian dari sosiologi, hanya pembahasanya di lakukan dalam filsafat tentang masyarakat jamannya. Dengan demikian materi yang mereka bahas belum dapat disebut sosiologi, khususnya karna mempunyai unsure etika di dalamnya, yaitu bagaimana seharusnya masyarakat itu menurut pandangan mereka. Karna itu materi yang mereka bahas dikenal dengan nama Filsafat Sosial atau Sozialphilosophie dalam bahasa Jerman.
Dalam fasel permulaan dari sosiologi, juga tidak dapat dielakan bahwa sebagai manan semua Ilmu,ia berpangkal pada Filsafat yang di kenal sebagai “Ibu Ilmu Pengetahuan”. Plato (429-374 SM) membahas unsur-unsur soiologi dalam pebahasan tentang Negara; Aristoteles (384-322 SM) membahas unsure-unsur sosiologi dalam hubungan dengan etika sosial, yaitu bagaimana tingkah laku manusia dalam hubungannya dengan sesama manusia atau pun di dalam kehidupan sosialnya. Di dunia Arab terkenal nama dari Ibnu Khaldun(1332-1406) yang mempunyai pikeran sosiologi lebih terpelinci dan sangat maju, sehinggah ia sering di sebut juga senagai peletak batu pertama dari sosiologi sebagai ilmu, yaitu mendahului Aguste Comte (1789-1857). Sesudah itu Herbert Spencer lebih jelas lagi memberikan bentuk bahkan megunakan nama sosiologi, yaitu dalam tulisanya Principles of Sociology. Massa penjajagan sosiologi kemudian berkembang menjadi sebuah ilmu setelah Emile Durkheim mengembangkan metodelogi sosiologi melalui bukunya Rules of sociological Method. Semua ini menunjukkan bahwa sosiologi banyak hubungannya dengan filsafat , sejarah dan politik, yaitu karena sosiologi sebenarnya mempelajari gejala hubungan antar manusia (Latin: sozius = kawan) sedangkan sebagai ilmu ia memperoleh sistematikanya ( Yunani : logos = menurut atuan dan susunan, kata atau berbicara) di kemudian hari.
Maka sosiologi adalah :
“Ilmu yang hendak mengerti dan menjelaskan tindakan-tindakan sosial dari manusia hal mana mempunyai pengaruh terhadap masyarakat.
Sumber : Dr.phil. Astrid S.Susanto, Pengantar Sosiologi dan Perubahan Sosial, 1983, Binekacipta, hal. 1-2
B.   PARA AHLI SOSIOLOGI
1)      Auguste Comte (1798-1853)
Auguste Comte yang pertama memakai istilah “sosiologi” adalah orang pertama yang membedakan antara ruang lingkup dan isi sosilogi dari ruang lingkup dan isi ilmu-ilmu pengetahuan lainnya. Ia menyusun suatu sistematika dan filsafat sejarah dalam kerangka tahap-tahap pemikiran yang berbeda-beda .
Menurut Comte ada tiga tahap perkembangan intelektual, yangmasing-masing merupakan perkembangan dari tahap sebelumnya.
·         Tahap pertama dinamakan tahap teologis atau fiktif
Yaitu suatu tahap di mana manusia menafsirkan gejala-gejala di sekelilingnya secara teologis, yaitu dengan kekuatan-kekuatan yang dikendalikan roh dewa-dewa atau Tuhan Yang Maha Kuasa. Penafsiaran ini penting bagi manusia untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang memusuhinya dan untuk melindungi dirinya dari factor-faktor yang tidak terduga timbulnya.
·         Tahap kedua adalah tahap metafisik
Pada tahap ini manusia menganggap bahwa di dalam setiap gejala terdapat kekuatan-kekuatan atau inti tertentu yang pada akhirnya akan dapat diungkapkan. Manusia masih terikat oleh cita-cita tanpa verifikasi karena adanya kepercayaan bahwa setiap cita-cita terkait pada suatu realitas tertentu dan tidak ada usaha untuk menemukan hokum alam yang seragam.
·         Tahap ketiga adalah tahap  positif
Merupakan tugas ilmu pengetahuan, penjelasan gejala alam maupun sosial dilakukan dengan mengacu pada deskripsi ilmiah: didasarkan pada hokum ilmiah.
Sumber : Soerjono Soekanto, SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR, 1982, PT RajaGrafindo Persada, hal. 30
                 Comte memperkenalkan metode positif ini, maka Comte dianggap sebagai perintis positivisme. Ciri metode positif ini ialah bahwa objek yang dikaji harus berupa fakta dan bermanfaat serta mengarah ke kepastian dan kecermatan. Sarana yang digunakan untuk melakukan kajian ialah pengamatan, perbandingan, eksperiman, atau metode historis.
                 Sumbangan fikiran penting lain yang diberikan Comte adalah pembagian sosiologi ke dalam dua pembagian besar :
·         Statiska Sosial ( Social Statics ), yaitu kajian terhadap tatanan sosial.
·         Dinamika Sosial (Social Dynamics), yaitu kajian terhadap kemjuan dan perubahan sosial.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 4
2)      Karl Marx (1818-1883)
                 Marx telah mempergunakan metode-metode sejarah dan filsafat untuk membangun suatu teori tentang perubahan yang menunjukkan petkembangan masyarakat menuju suatu keadaan dimana ada keadilan sosial. Menurut Marx selama masyarakat masih terbagi atas kelas-kelas, maka pada kelas yang berkuasalah akan terhimpun segala kekuatan dan kekayaan. Hukum, filsafat, agama ddan kesenian merupakan refleksi dari status ekonomi kelas tersebut. Namun demikian, hukum-hukum perubahan berperanan dalam sejarah, sehingga keadaan tersebut  dapat berubah baik melalui suatu revolusi maupun secara damai. Akan tetapi, selama masih ada kelas yang berkuasa atau disebut kelas bourgeoisie ( kelas yang terdiri atas orang yang menguasai alat produksi) maka tetap terjadi eksploitasi terhadap kaum lemah atau disebut kelas proletar ( orang yang tidak memiliki alat produksi ). Oleh karena itu, selalu timbul pertikaian antara kelas-kelas tersebut, yang akan berakhir apabila ada kesadran kelas yang menimbulkan perjuangan kelas dari kelas proletar maka kelas bourgeoisie akan kalah dan kelas proletar akan menang sehingga terjadi masyarakat tanpa kelas.
Sumber :
ü  Soerjono Soekanto, SOSIOLOGI SUATU PENGANTAR, 1982, PT RajaGrafindo Persada, hal. 30
ü  Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 4
3)      Emile Durkheim (1858-1917)
                 Durkheim merupakan seorang ilmuan yang sangat produktif. Ia melihat bahwa setiap masyarakat manusia memrlukan solidaritas. Ia juga membedakan antara dua tipe  solidaritas :
·         Solidaritas Mekanik
Merupakan suatu tipe solidaritas yang didasarkan atas persamaan . Menurut Durkheim solidaritas mekanik dijumpai pada masyarakat yang masih sederhana (segmental). Pada masyarakat seperti ini bellum terdapat pembagian kerja yang berarti. Dengan demikian, tidak terdapat kesalingtergantungan antara kelompok berbeda, karena masing-masing kelompok dapat memnuhi kebutuhannya sendiri dan masing-masing kelompok pun terpisah denngan kelompok lain.
·         Solidaritas Organik
Masyarakat pada solidaritas organik masing-masing anggota masyarakat tidak lagi dapat memenuhi semua kebutuhannya sendiri melainkan ditandai oleh suatu kesalingketergantungan yang besar dengan orang atau kelompok lain. Solidaritas organic merupakan suatu sistem terpadu yang terdiri atas bagian yang saling tergantung laksana bagian suatu organism biologi. Berbeda dengan solidaritas mekanik yang didasarkan pada hati nurani kolektif maka solidaritas organik didasarkan pada hukum dan akal.

                 Buku Suicide (1986) merupakan upaya Durkheim untuk menerapkan metode yang telah dirintisnya dalam Rules of Sociological Method untuk menjelaskan faktor sosial, yaitu angka bunuh diri. Hal itu dilakukan dengan mengumpulkan menganalisis data kuantitatif.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 5
4)      Max Webber
                 Weber merupakan seorang ilmuwan yang sangat produktif dan menulis sejumlah buku dan makalah. Salah satu  bukunya yang terkenal ialah The Protestant Ethic and the Spirit of Capitalism (1904). Dalam buku ini ia mengemukakan tesisnya yang terkenal mengenal mengenai keterkaitan antara Etika Protestan dengan munculnya Kapitalisme di Eropa Barat. Menurut Weber muncul dan berkembangnya kapitalisme di Eropa Barat berlangsung secara bersamaan dengan perkembangnya Sekte Kapitalisme dalam agama Protestan.
                 Sumbangan Weber yang tidak kalah pentingnya ialah kajiannya mengenai konsep dasar sosiologi. Dalam uraian ini Weber menyebutkan pula bahwa sosiologi ialah ilmu yang berupaya memahami tindakan sosial. Arti penting tulisan ini adalah bahwa di kemudian hari tulisan ini menjadi acuan bagi dikembangkannya teori sosiologi yang membahas interaksi sosial . namun yang perlu juga dikemukakan di sini ialah bahwa pendekatan sosiologi , yaitu pendekatan individu (rasionalisme).

C.     POKOK BAHASAN SOSIOLOGI

1)      Emile Durkheim : Fakta Sosial
Menurut Durrkheim, pokok pembahasan sosiologi adalah fakta-fakta social. Yang dimaksud fakta sosial adalah pola-pola atau sistem yang mempengaruhi cara manusia bertindak, berpikir, dan merasa. Fakta social tersebut berada di luar individu dan mempunyai  kekuatan memaksa dan mengandalikan individu tersebut.  Contoh dalam masyarakat terdapat spesialisasi aspek kehidupan, seperti bidang ekenomi, pendidikan, hokum, atau kesenian yang berada di luar individu dan bersifat mengendalikan dan memaksa  individu.  Fakta social tersebut mengendalikan dan dapt memaksa individu, karena bilamana individu melanggarnya ia akan terkena sanksi. Konsep pokok kajian ini dapat kita angkat dari dua buku terkenal yang ditulis Durkheim, The Division of Labor in Society (1986) dan Suicide (1968).
Sumber :
ü  Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 6
ü  Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, hal. 11

2)      Max Weber : Tindakan Sosial
Menurut Weber, suatu tindakan ialah perilaku manusia yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Sosiologi bertujuan memahami megapa tindakan social mempunyai arah dan akibat tertentu, sedangkan tiap tindakan mempunyai makna subjektif bagi pelakunya, maka ahl sosiologi yang hendak melakukan penafsiran bermakna, yang hendak memahami makna subjektif suatu tindakan social harus dapat membayangkan dirinya di tempat pelaku untuk dapat ikut menghayati pengalamannya(“put one’s self imaginatively in the place of place of the actor and thus sympathetically to participate in his experiences”).

3)      Wright Mills : The Sociological Imagination
Pokok bahasan sosiologi menurut C. Wright Mills terkenal dengan sebutan khayalan sosilogis ( the sociological imagination ). Khayalan sosiologi ini diperlukan untuk dapat memahami apa yang terjadi di masyarakat maupun yang ada dalam diri manusia. Menurut Mills, dengan khayalan sosiologis, kita mampu memahami sejarah masyarakat, riwayat hidup pribadi, dan hubungan antara keduanya.
Alat untuk melakukan khayalan sosiologi adalah personal troubles of milieu dan public issue of social structure. Personal troubles of milieu adalah permaslahan pribadi individu  dan merupakan ancaman terhadap nilai-nilai pribadi, sedangkan public issue of social structure merupakan hal yang ada di luar jangkauan kehidupan pribadi individu.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 7
4)      Peter L. Berger : Realitas Sosial
Pokok bahasan sosiologi menurut Berger adalah pengungkapan realitas social. Seorang sosiolog harus bisamenyingkap berbagai tabir dan mengungkap tiap helai tabir menjadi suatu realitas yang tidak terduga. Syaratnya, sosiolog tersebut harus mengikuti aturan-aturan ilmiah dan melakukan pembuktian secara ilmiah dan objektif dengan pengendalian prasangka pribadi, pengamatan tabir secara jeli, dan menghindari penilain normative. Hal ini disebabkan karena realitas social adalah sebuah  bentukan dan bukan merupakan sesuatu yang begitu saja ada.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal.7-8
5)      Pembagian Sosiologi : Makrosoiologi, Mesosiologi, dan Mikrososiologi
Sejumlah ahli mengklasifikasikan poko bahasan sosiologi ke dalam dua bagian; ada pula yang membagi ke dalam tiga bagian. Broom dan Selznick mambedakan antara tatanan makro dan tatanan mikro; Douglas membedakan antara perspektif makrososial dan perspektif mikrososial; Johnson membedakan antara jenjang makro dan jenjang mikro; dan Collins membedaka terdapat tiga jenjang analisis: mikrososilogi, mesosiologi, dan makrososiologi.inkeles pun melihat bahwa sosiologi mempunyai tiga pokok bahasan yang khas: hubungan social, institusi, dan masyarakat.
·         Makrososiologi adalah bagian sosiologi yang mempelajari cirri masyarakat secara menyeluruh serta system masyarakat dunia(Lenski), bagian sosiologi yang melibatkan analisis proses social berskala besar dan berjangka panjang(Collins).
·         Mesosiology adalah bagian sosiologi yang tertarik pada institusi khas dalam masyarakat (Lenski).
·         Mikrososilogi adalah bagian sosiologi yang mempelajari dampak system social dan kelompok primer pada individu (Lenski); bagian sosiologi yang melibat aalisis rinci mengenai apa yang dilakukan, dikatakan, dan dipikirkan manusia dalam laju pengalaman sesaat(Collins).
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 19-20






II. SOSIALISASI
A.    PENGERTIAN SOSIALISASI
Penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok aau masyarakatnya dalam sosiologi disebut sosialisasi. Sosialisasi adalah sebuah proses penanaman atau  transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Menurut para ahli :
·         Peter L. Berger
Sosialisasi adalah proses belajar seorang anak untuk menjadi anggota yang dapat berpartisipasi di dalam masyarakat.
·         David Gaslin
Sosialisasi adalah proses belajar yang dialami seseorang untuk memperoleh pengetahuan tentang nilai dan norma-norma agar ia dapat berpartisipasi sebagai anggota kelompok masyarakat.

B.     PROSES SOSIALISASI
1.      George Herbert Mead
Menurut  George Herbert Mead dalam bukunya Mind, Self, and Society (1972), ketika manusia lahir ia belum mempunyai diri (self). Diri manusia berkembang tahap melalui interaksi dengan anggota masyarakat lain. Setiap anggota baru dalam masyarakat harus mempelajari peran-peran yang aada dalam masyarakat.hal ini merupakan suatu proses yang disebut Mead sebagai role taking (pengambilan peran). Dalam proses ini, sseorang belajar mengetahui peran apa yang dijalankan orang lain.
Ada tiga tahap perkembanagandiri manusia, yaitu :
·         Play Stage
Dalam tahap ini, seorang anak kecil mulai belajar mengambil peran orang0orang yang berada di sekitarnya. Ia mulai meniru peran yang dijalankan oleh orang tuanya, kakaknya, tetangganya, atau orang yang sering berinteraksi dengannya (significant others). Pada tahap ini seorang anak belum memahami isi peran yang dititunya.
·         Game Stage
Pada tahap ini, seorang anak tidak hanya mengetahui peran ynag harus dijalankannya, tetapi telah mengetahui peran yang dijalankan orang lain dengan siapa ia berinteraksi. Anak tersebut sudah menyadari peran yang ia jalankan dan peran dijalankan orang lain.
·         Generalized Others
Pada tahap ketiga ini, anak telah mampu mengambil peran-peran orang lain yang lebih luas (generalized others), tidak sekedar orang-orang terdekatnya (significant others). Dalam tahap ini, ia telah mamu berinteraksi dengan orang lain dalam masyarakat karena telah memahami peran  dirinya dan peran orang lain.jika anak telah mencapai taha[ ini, maka ia telah mempunyai suatu diri.
      Dari pandangan tersebut, Mead jelas mengatakan bahwa diri sesorang terbentuk melalui interaksi denga orang lain. Dalam interaksi tersebut ia mengalami proses sosial.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 98-99
2.      Charles Horton Cooley
        Pandangan lain yang juga menekankan pada interaksi dalam proses sosialisasi tertuang dalam buah pikiran Charles Horton Cooley. Menurut Cooley konsep diri (self-concept) seseorang berkambang melalui interaksinya dengan orang lain. Diri yang berkembang melalui interaksi dengan orang lain ini oleh Cooley sebut dengan looking-glass self. Nama demikian diberikan olehnya karena ia melihat analogi antara pembentukan diri seseorang dengan prilaku orang yang sedang bercermin; kalu cermin memantulkan apa yang dirasakan sebagai tanggapan masyarakat terhadapnya.
        Cooley berpendapat bahwa looking-glass self  terbentuk melalui tiga tahap, yaitu sebagai berikut:
·         Pada tahap pertama sesorang mempunyai persepsi mengenai pandangan orang lain terhadapnya.
·         Pada tahap berikut seseorang mempunyai persepsi mengenai penilaina orang lain terhadap penampilannya.
·         Pada tahap ketiga seseorang mempunyai perasaan terhadap apa yang dirasakannya sebagai penilaian orang lain terhadapnya itu.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 23
C.     AGEN SOSIALISASI
                        Fuller dan Jacobs mengidentifikasikan empat agen sosialisasi utama atau pihak-pihak yang melaksanakan proses sosialisasi. Keempat agen tersebut adalah keluarga, kelompok sebaya atau sepermainan, sekolah dan media massa.
1.      Keluarga
      Pada awal kehidupan manusia biasanya agen sosialisasi terdiri atas orang tua dan saudara kandung. Gertrude Jaeger mengemukakan bahwan peran agen sosialisasi pada tahap awal (primer) sangat penting. Arti penting agen sosialisasi pertama pun terletak pada pentingnya kemampuan yang diajarkan pada tahap ini. Untuk dapat berinteraksi dengan significant others pada tahap ini seseorang bayi belajar berkomunikasi secara verbal dan nonverbal; ia mulai berkomunikasi bukan saja melalui pendengaran dan penglihatan tetapi juga melalui panca indra lain, terutama sentuhan fisik.Pada tahap ini anak memasuki play stage dalam proses pengambilan peran orang lain.
2.      Teman Bermain
Setelah mulai dapat bepergian, seorang anak memperoleh agen sosialisasi lain: teman bermain, baik yang terdidri atas kerabat maupun tetangga dan teman sekolah. Di sini seorang anak mempelajari berbagai kemampuan baru. Kalau dalam keluarga interaksi yang dipelajarinya di rumah melibatkan hubungan yang tidak sederajat (seperti antara nenek atau kakek dengan cucu, orangtua dengan anak, paman atau bibidengan kemenakan, kakak dengan adik, atau pengasuh dengan anak asuh) maka dalam kelompok bermain seorang anak belajar berinteraksi dengan orang yang sederajat karena sebaya. Pada tahao ini seorang anak memasuki game stage—mempelajari aturan yang mengatur peran yang kedudukannya sederajat. Dalam kelompok b ermain pula seorang anak mulai belajar nilai-nilai keadilan.
3.      Sekolah
      Agen sosialisasi berikutnya dalam masyarakat yang telah mengenalnya adalah system pendidkan formal. Di sini seseorang mempelajari hal baru yang belum dipelajarinya dalam keluarga atauoun kelompok sebaya. Pendidkan formal mempersiapkannya untuk penguasaan peran-peran di kemudian hari, di kala sesorang tidak lagi tergantung lagi pada orang tuanya.
      Sejumlah ahli memusatkan perhatian mereka pada perbedaan antara sosialisasi yang berlangsung dalam keluarga dengan sosialisasi pada system pendidkan formal. Robert Dreeben (1986), misalnya, berpendapat bahwa yang dipelajari anak di selokah_di samping membaca, menulis, dan berhitung adalah aturan mengenai kemandirian (independence), prestasi (achievement), universalisme (universalism), dan spesifilitas (specifity). Pemikiran Dreeben ini dipengaruhi oleh dikotomi yang dikembangkan oleh Talcott Parsons—misalnya antara ascription dan achievement, particultual dan universalisme, diffuseness dan specificity.

4.      Media Massa
      Light, Keller, dan Calhoun (1989) mengemukakan bahwa media massa yang terdiri atas media cetak (surat kabar, majalah) maupun elektronik (radio, televise, film, intrenet) merupakan bentuk komunikasi yang menjangkau sejumlah besar orang. Media massa diidentifikasikan sebagai suatu agen sosialisasi yang berpengaruh pula perilaku khalayaknya. Peningkatan teknologi yang memungkinkan peningkatan kualitas pesan serta peningkatan frekuensi penerapan masyarakat pun memberi peluang bagi media massa untuk berperan sebagai agen sosialisasi yang semakin penting.
Sumber : Kamanto Sunarto, Pengantar SOSIOLOGI, 2004, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia hal. 24-26
D.    BENTUK SOSIALISASI
              Light, Keller, dan Calhoun mengemukakan bahwa setelah seseorang mendapatkan sosialisasi dinin yang dinamakannya sosialisasi primer (primary socialization), maka selanjutnya ia akan mendapat sosialisasi sekunder (secondary socialization).
1.      Sosialisasi Primer
Adalah sosialisasi pada tahap-tahap awal kehidupan seseorang . Berger dan Luckman menjelaskan sosialisasi primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalankan individusemasa kecil, hal iyu dipelajari dalam kelurga.
2.      Sosialisasi Sekunder
Adalah proses berikutnya yang memperkenalkan individu ke dalam lingkungan luar keluarganya, seperti sekolah, lingkungan bermain, dan lingkungan kerja.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 108
E.     POLA SOSIALISASI
Jaeger membagi sosialisasi ke dalam dua pola. Kedua pola tersebut adalah pola sosialisasi represif dan pola sosialisasi partisipatoris.
1.         Sosialisasi Represif
Menekankan pada penggunaan hukuman terhadap hukuman terhadap kesalahan. Cirri lain terhadap sosialisasi represif adalah penekanan pada penggunaan materi dalam hukuman dan imbalan.
2.      Sosialisasi Partisipatoris
      Merupakan pola dimana anak diberi imbalan ketika berperilaku baik. Selain into, hukuman dan imbalan bersifat simbolik. Dalam proses ini anak diberi kebebasan. Penekanan dilletakkan pada interaksin dan dan komunikasi yang bersifat lisan.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 109-110
III. INTERAKSI SOSIAL
A.    Pengertian
              Interaksi sosial adalah hubunagn timbale balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi hubunga antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Sementara itu menurut Gillin, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis ynag menyangkut hubungan antarindividu, individu dan kelompok, atau antarkelompok.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 56
B.     Syarat Terjadinya Interaksi Sosial
              Menurut Sorjono Soekanto, inyeraksi sosial tidak mungkin terjadi tanpa adanya dua syarat, yaitu kontak sosial dan komunikasi.
1.      Kontak Sosial
        Kata kontak berasal dari bahasa Latin con atau cum yang artinya bersama-sama  dan tangere yang ertinya meyantuh. Jadi, kontak berarti bersama-sama menyantuh. Dalam pengertian sosiologi, kontak sosial tidak selalu terjadi melalui interaksi ataupun hubungan fisik, sebab orang bisa melakukan kontak sosial dengan pihak lain tanpa menyantuhnya , misalnya bicara melalui telepan, radio, atau surat elektronik.
2.      Komunikasi
        Hal terpenting dalam komunikasi yaitu adanya kegiatan saling menafsirkan perilaku dan perasaan yang disampaikan. Ada lima unsure pokok dalam komunikasi, yaitu:
·         Komunikator, yaitu orang yang menyampaikan pesan, perasaan, atau pikiran kepada pihak lain
·         Komunikan, yaitu orang atau kelompok orang yang dikirimi pesan, pikiran, atau perasaan.
·         Pesan, yaitu sesuatu yang disampaikan oleh komunikator berupa informasi, instruksi, dan perasaan.
·         Media , yaitu alat untuk menyampaikan pesan berupa lisan, tulisan, gambar, dan film.
·         Efek, yaitu perubahan yang diharapkan terjadi pada komunikan , setelah pesan dari komikator.

Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 57
C.     Faktor-Faktor Terjadinya Interaksi
1.      Imitasi
Imitasi adalah suatu tindakan meniru orang lain. Imitasi atau perbuatan meniru bisa dilakukan dalam bermacam-macam bentuk. Dorongan seseorang untuk meniru orang lain tidaklah berjalan dengan sendirinya. Perlu sikap menerima, mengagumi, dan sikap menjunjung tinggi apa yang akan di imitasi itu.
2.      Sugesti
Sugesti berlangsung apabila seseorang member pandangan atau sikap yang dianutnya, lalu diterima oleh orang lain atau mempengaruhi dan memaksa orang lain untuk bertindak.
3.      Identifikasi
Merupakan kecenderungan atau krunginan sesorang untuk menjadi sama dengan pihak lain secara keseluruhan.
4.      Simpati
Merupakan suatu proses dimana seseorang merasa tertarik kepada pihak lain. Melalui proses simpati, orang merasa dirinya seolah-olah berada dalam keadaan orang lain dan merasakan apa yang dialami, dipikirkan, atau dirasakan orang llain tersebut.
5.      Empati
Merupakan simpati mendalam yang dapat mempengaruhi kejiwaan dan fisik seseorang.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 61-63
D.    Bentuk-Bentuk Interaksi Sosial
1.      Kerja Sama
Adalah suatu usaha bersama antarindividu atau kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Kerja sama timbul karena orientasi individu terhadap kelompoknya (in group) dan orientasi individu terhadap kelompok lainnya kelompoknya (out group).

2.      Akomodasi
Memiliki dua makna , yaitu sebagai keadaan dan proses. Akomodasi sebagai keadaan mengacu pada keseimbangan interaksi antarindividu atau antarkelompok yang berkaitan dengan nilai dan norma sosial yang berlaku. Akomodasi sebagai sebuah proses mengacu pada usaha-usaha manusia untuk meredakan suatu pertentangan agar tetap tercipta keseimbangan. Dapat dikatakan sebagai cara-cara untuk mengurangi/menghentikan pertikaian atau pertentangan.
3.      Asimilasi
Merupakan usaha-usaha untuk mengurangi perbedaan antarindividu atau antarkelompok guna mencapai satu kesepakatan berdasarkan kepentingan dan tujuan-tujuan bersama.
4.      Akulturasi
Adalah berpadunya dua kebudayaannya yang berbeda dan membentuk suatu kebudayaan barudengan tidak menghilangkan cirri kepribadian masing-masing.
Sumber : Dra. Kun Maryati dan Juju Suryati, S.Pd., Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X, 2006, PT.  Gelora Aksara Pratama, hal. 75-79

E.     Analisa Terhadap Interaksi Sosial di Kelas
Menurut analisa saya, iteraksi yang terjadi di kelas sudah berjalan  dengan baik. Kontak sosial dan komnunikasi sebagai syarat utama interaksi sosial sudah terwujud, antarindividu telah mengenal satu sama lain. Proses komunikasi seperti penyampaian pesan/informasi dari komisaris terdistribusi dengan baik. Proses simpati sebagai salah satu dasar terjadi interaksi sosial juga telah terdeskripsi dengan jelas antara individu dan individu, misalnya : saya sendiri merasa  tertarik untuk berteman kepada bebrapa orang diantara 19 orang lainnya. Ketika beberapa orang tersebut menghadapi masalah, saya ikut merasakan hal tersebut. Dan proses simpati juga terjadi pada pertemanan lainnya yang ada di kelas.
Namun, terdapat beberapa individu yang cenderung pasif dan menutup diri terhadap orang lain. Ada juga yang membuka peluang pertemana jika orang lainlah yang berinteraksi dengannya, bukan ia yang lainlah berinteraksi terlebih dahulu.
IV. KELOMPOK SOSIAL
A.    Pengertian
Beberapa ahli sosiologi memberikan definisi tentang kelompok sosial , sebagai berikut :
·         Joseph S. Roucek
Suatu kelompok meliputi dua atau lebih manusia yang di antara mereka terdapat bebrapa pola interaksi yang dapat dipahami oleh para anggotanya atau orang lain secara keseluruhan.
·         Wila Huky
Kelompok merupakan suatu unit yang terdiri dari dua orang atau lebih, yang saling berinteraksi atau saling berkomunikasi.

B.     Faktor Pembentukan Kelompok Sosial
·         Kedekatan
Dapat berarti kedekatan fisik (tempat tinggal yang berdekatan , bersekolah atau bekerja di tempat yang sama) maupun kedekatan emosional (pertalian emosi karena kekerabatan atau persahabatan).
·         Kesamaan
Orang lebih suka berhubungan dengan orang lain yang memiliki banyak kesamaan dengan dirinya.

C.     Karakteristik Kelompok Sosial
·         Setiap individu harus meruoakan bagian dari kesatuan sosial
·         Terdapat hubungan timbale balik di antara individu yang tergabung dalam kelompok
·         Adanya factor yang sama da dapat mempererat hubungan dalam kelompok
·         Berstruktur, berkaidah, serta mempunyai pola perilaku
·         Bersistem dan berproses
D.    Klasifikasi Kelompok Sosial

1.      Kelompok Sosial yang Teratur
a.       Berdasarkan atas besar kecilnya jumlah anggota kelompok
·         Kelompok primer (primary group)
·         Kelompok sekunder (secondary group)
b.      Berdasarkan atas derajat organisasinya
·         Kelompok formal (formal group)
·         Kelompok informal (informal group)
c.       Berdasarkan atas interaksinya
·         Kelompok acuan (reference group)
·         Kelompok keanggotaan (membership group)

2.      Kelompok Sosial yang Tidak Teratur
a.       Kerumunan (crowd)
Bersifat sementara karena terkait oleh kepentingan sesaat dan tidak terorganisir.
b.      Publik (public)
Merupakan kelompok yang bukan kesatuan, karena individu-individu tidak oernah saling bertemu.
c.       Massa
Merupakan kumpulan orang banyak yang mempunyai kehendak atau pandangan yang sama, cenderung lebih rasional dan logis.

E.     Dinamika Hubungan Antarkelompok
Hubungan Antarkelompok adalah hubungan antara dua kelompok atau lebih yang mempunyai cirri khusus.dalam hubungan antarkelompok, ada beberapa dimensi sikap yang memunculkan dinamika, antara lain dimensi sikap dan dimensi perilaku yang mengarah pada konflik atau terciptanya situasi hubungan yang harmonis.
Sumber : Fritz Damanik, Seribu Pena SOSIOLOGI untuk SMA/MA Kelas XI, 2006, PT. Gelora Aksara Pratama, hal. 105-109
F.      Kelompok Sosial yang Ada di Prodi Antropologi
·         Ling KA ( Lingkaran Kerabat Antropologi )
·         Antrop FC Futsal
·         Antropologi Ekspedisi

V. Hubungan yang Terjadi Antara Sosialisasi dan Interaksi Sosial
              Sosialisasi adalah penanaman atau proses belajar anggota kelompok atau masyarakat tentang kebiasaan-kebiasaan di dalam kelompok aau masyarakatnya dalam sosiologi disebut sosialisasi. Sosialisasi yaitu sebuah proses penanaman atau  transfer kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sedangkan interaksi sosial adalah hubunagn timbale balik (sosial) berupa aksi saling mempengaruhi hubunga antara individu dengan individu, antara individu dengan kelompok, dan antara kelompok dengan kelompok. Sementara itu menurut Gillin, interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang dinamis ynag menyangkut hubungan antarindividu, individu dan kelompok, atau antarkelompok.
Melalui interaksi, masyarakat berusaha menanamkan nilai dan norma sosial dalam diri generasi berikutnya. Dengan demikian, diharapkan anak cucu mereka juga merasakan kebaikan dari nilai penanaman nilai-nilai dan norma yang telah mereka anut. Secara sederhana, proses penanaman nilai-nilai dan norma sosial kepada generasi berikut itulah yang dinamakan sosialisasi.
Curtiss dan Pines mengisahkan seorang gadis berusia 13 tahun yang bernama Genie. Dia disekap ayahnya di dalam gudang gelap sejak umur 2 tahun. Kondisi awal saat ditemukan tidak dapat berbicara, berjalan, atau mandi sendiri. Mereka bersifat apatis dan acuh tak acuh terhadap lingkungan sekitar mereka. Walaupun mengalami kemajuan setelah dirawat intensif, ia tidak dapat berkembang hingga tahap seharusnya yang dialami anak-anak seusianya.
Dari kasus tersebut, tergambarkan betapa pentingnya sosialisasi dan interaksi sosial bagi manusia. Tanpa keduanya, proses pembentukan kemampuan akal, emosi, dan jiwa seaeorang tidak dapat berkembang sesuai dengan yang diharapkan masyarakat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar