KATA PENGANTAR
Puji
syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan kita berbagai macam
nikmat, sehingga aktifitas hidup yang kita jalani ini akan selalu membawa
keberkahan, baik kehidupan di alam dunia ini, lebih-lebih lagi pada
kehidupan akhirat kelak, sehingga semua cita-cita serta harapan yang ingin kita
capai menjadi lebih mudah dan penuh manfaat.
Saya menyadari sekali, didalam penyusunan makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan serta banyak kekurangan-kekurangnya, baik dari
segi tata bahasa maupun dalam hal pengkonsolidasian kepada Dosen
Pembimbing serta teman-teman sekalian, yang kadangkala hanya menturuti
egoisme pribadi, untuk itu besar harapan saya jika ada kritik dan saran
yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah-makah saya dilain waktu.
Harapan yang paling besar dari penyusunan makalah ini ialah, mudah-mudahan apa yang saya susun ini penuh manfaat, baik untuk pribadi, teman-teman, serta orang lain yang ingin mengambil atau menyempurnakan lagi atau mengambil hikmah dari maklah sebagai tambahan dalam menambah referensi yang telah ada.
Hormat Saya
RIRIN MARISA
Daftar isi
I.
Kata pengantar I
II.
Daftar isi
II
Bab I
III.
Pendahuluan .......................................................................................................... 1
Bab II
IV.
A. Fase-fase perkembangan ilmu
Antropologi
........................................................... 2
1.
Fase Pertama ............................................................................................. 2
2.
Fase kedua
................................................................................................ 2
3.
Fase ketiga ................................................................................................. 2
4.
Fase Keempat
.......................................................................................... 2
V.
B. Antropologi Masa Kini
......................................................................................... 3
1.
Perbedaan-Perbedaan di Berbagai Pusat
Ilmiah ......................................... 3
2.
Perbedaan-Perbedaan Istilah ....................................................................... 3
VI.
C. Ilmu-ilmu Bagian Dari
Antropologi
....................................................................... 4
1.
Lima Ilmu Bagian Dari Antropologi
.............................................................. 4
2.
Spesialis Antropologi .................................................................................. 4
VII.
D. Hubunngan Antara Antropologi-Sosial
dan Sosiologi ........................................... 5
1.
Persaman dan Perbedaan Antar Kedua
Ilmu ............................................... 5
2.
Sejarah Perkembangan Sosiologi ................................................................. 5
3.
Pokok Ilmiah Dari Antropologi
..................................................................... 5
4.
Metode Ilmiah Dari Antropologi Social
dan Sosiologi ................................. 5
VIII.
E. Hubungan Antara Antropologi Dan
Ilmu-ilmu Lain ............................................... 6
IX.
F. Metode Ilmiah Dari Antropologi
............................................................................ 6
1.
Metode Ilmiah Dari Antropologi
Pengumpulan Fakta .................................. 6
2.
Penentuan Ciri-ciri Umum dan Sistem .......................................................... 6
3.
Verivikasi
................................................................................................... 7
X.
G. Tenaga Sarjana, Lembaga, Majalah, dan
Prasarana Ilmu Antropologi
............... 7
1.
Kehidupan Ilmiah
...................................................................................... 7
Bab III
XI.
Penutup
................................................................................................................... 8
XII.
Daftar Pustaka
BAB 1
Pendahuluan
Antropologi adalah kajian tentang
manusia dan cara-cara hidup mereka. Antropologi mempunyai dua cabang utama,
yaitu antropologi yang mengkaji evolusi fisik manusia dan adaptasinya terhadap
lingkungan yang berbeda-beda, dan antropologi budaya yang mengkaji baik
kebudayaan-kebudayaan yang masih ada maupun kebudayaan yang sudah punah. Secara
umum antropologi budaya mencakup antropologi bahasa yang mengkaji bentuk-bentuk
bahasa, arkeologi yang mengkaji kebudayaan-kebudayaan yang masih punah,
etnologi yang mengkaji kebudayaan yang masih ada atau kebudayaan yang hidup
yang masih dapat di amati secara langsung.[1]
Antropologi merupakan
salah satu cabang ilmu sosial yang mempelajari tentang budaya masyarakat
suatu etnis tertentu.
Lahir atau muncul berawal dari ketertarikan orang-orang Eropa yang
melihat ciri-ciri fisik, adat istiadat, budaya yang berbeda dari apa yang
dikenal di Eropa. Antropologi lebih memusatkan pada penduduk yang merupakan
masyarakat tunggal, tunggal dalam arti kesatuan masyarakat yang tinggal di
daerah yang sama, antropologi mirip seperti sosiologi tetapi pada
sosiologi lebih menitikberatkan pada masyarakat dan kehidupan sosialnya.
Antropologi adalah suatu ilmu yang
memahami sifat – sifat semua jenis manusia secara lebih banyak. Antropologi
yang dahulu dibutuhkan oleh kaum misionaris untuk penyebaran agama Nasrani dan
bersamaan dengan itu berlangsung system penjajahan atas Negara – Negara di luar
Eropa, dewasa ini dibutuhkan bagi kepentingan kemanusiaan yang lebih luas.
Studi antropologi selain untuk kepentingan pengembangan ilmu itu sendiri, di
Negara – Negara yang telah membangun sangat diperlukan bagi pembuatan –
pembuatan kebijakan dalam rangka pembangunan dan pengembangan masyarakat.
Sebagai suatu disiplin ilmu yang
sangat luas cakupannya, maka tidak ada seorang ahli antropologi yang mampu
menelaah dan menguasai antropologi secara sempurna. Demikianlah maka
antropologi dipecah – pecah menjadi beberapa bagian dan para ahli antropologi
masing – masing mengkhususkan diri pada spesialisasi sesuai dengan minat dan
kemampuannya untuk mendalami studi secara mendalam pada bagian – bagian
tertentu dalam antropologi. Dengan demikian, spesialisasi studi antropologi
menjadi banyak, sesuai dengan perkembangan ahli – ahli antropologi dalam
mengarahkan studinya untuk lebih mamahami sifat – sifat dan hajat hidup manusia
secara lebih banyak.
BAB II
Asas-asas dan Ruang Lingkup Ilmu Antropologi
A.Fase-fase
perkembangan Ilmu Antropologi
1. Fase Pertama (sebelum 1800)
Kedatangan Bangsa Eropa Barat ke Benua Afrika, Asia, dan
Amerika selama 4 abad (sejak akhir abad ke-15 hingga permulaan abad ke-16)
membawa pengaruh bagi berbagai suku bangsa ketiga benua tersebut. Bersamaan
dengan itu mula terkumpul tulisan buah tangan para musafir, pelaut, pendeta
penyiar agama Nasrani,penerjemah kitab Injil, dan pegawai pemerintah jajahan dalam bentuk kisah perjalanan,
laporan dan sebagainya. Kemudian dalam pandangan kalangan terpelajar di Eropa
Barat timbul tiga macam sikap yang bertentangan
terhadap bangsa-bangsa di Afrika, Asia, Oseania, dan orang-orang Indian di
Amerika tadi, yaitu:
a. Ada yang berpandangan bahwa bangsa-bangsa itu bukan manusia
sebenarnya, melainkan meereka manusia liar, keturunan iblis dan sebagainya.
Dengan demikian timbul istilah-istilah seperti savages,primitives, untuk menyebut bangsa-bangsa
tadi.
b. Ada yang berpandangan bahwa masyarakat bangsa-bangsa itu
adalah contoh dari masyarakat yang masih murni, belum mengenal kejahatan dan
keburukan seperti yang ada dalam masyarakat bangsa-bangsa Eropa Barat pada
waktu itu.
c. Ada yang tertarik akan adat istiadat yang aneh, dan mulai
mengumpulkan benda-benda kebudayaan dari suku-suku bangsa di
Afrika,Asia,Oseania dan Amerika pribumi tadi itu. Kumpulan-kumpulan pribadi
tadi ada yang di himpun menjadi satu, supaya dapat di lihat oleh umum, dengan
demikian timbul museum-museum pertama tentang kebudayaan-kebudayaan
bangsa-bangsa di luar Eropa.
2. Fase Kedua (Kira-kira pertengahan Abad ke-19)
Integrasi yang sungguh-sungguh baru, timbul pada
pertengahan abad ke-19. Karangan-karangan etnografi tersebut tersusun
berdasarkan cara berfikir evolusi masyarakat. Secara singkat, cara berfikir itu
dapat di rumuskan sebagai berikut: masyarakat dan kebudayaan manusia telah
berevolusi dengan sangat lambat yakni dalam jangka waktu beribu-ribu tahun
lamanya, dari tingkat-tingkat yang rendah, melalui beberapa tingkat antara,
sampai ke tingkat-tingkat tertinggi.
Kemudian timbul pula beberapa karangan hasil
penelitian tentang sejarah penyebaran kebudayaan-kebudayaan bangsa-bangsa di
muka bumi. Dengan demikian dapat kita simpulkan bahwa dalam fase perkembangannya yang kedua ini ilmu antropologi berupa
suatu ilmu yang akademikal; dengan tujuan yang dapat di rumuskan sebagai
berikut: mempelajari masyarakat dan
kebudayaan primitive dengan maksud untuk mendapat suatu pengertian tentang
tingkat-tingkat kuno dalam sejarah evolusi dan sejarah penyebaran kebudayaan
manusia.
3. Fase Ketiga (permulaan abad ke-20)
Pada permulaan abad ke-20,sebagian ngara penjajah di
Eropa berhasil untuk mencapai kemantapan kekuasaannya di daerah-daerah jajahan
di luar Eropa. Untuk keperluan pemerintah jajahannya tadi, yang waktu itu mulai
berhadapan lansung dengan bangsa-bangsa terjajah di luar Eropa, maka ilmu
antropologi sebagai suatu ilmu yang justru mempelajari bangsa-bangsa di
daerah-daaerah di luar eropa itu,karena bangsa-bangsa itu pada umumnya masih
mempunyai masyarakat yang belum kompleks seperti masyarakat bangsa Eropa.
Dalam fase ketiga ini ilmu antropologi menjadi suatu
ilmu yang praktis, dan tujuannya dapat di rumuskan sebagai berikut: mempelajari masyarakat dan kebudayaan suku-suku bangsa di luar
Eropa guna kepentingan pemerintah colonial dan guna mendapat suatu pengertian
tentang masyarakat masa kini yang kompleks.
4. Fase Keempat (sesudah kira-kira 1930)
Dalam fase ini ilmu antropologi mengalami masa
perkembangannya yang paling luas, baik mengenai bertambahnya bahan pengetahuan
yang jauh lebih teliti, maupun mengenai ketajaman daari metode-metode
ilmiahnya. Selain itu kita lihat adanya dua perubahan di dunia:
- Timbulnya antipasti terhadap kolonialisme sesudah perang dunia II.
- Cepat hilangnya bangsa-bangsa primitive (dalam arti bangsa-bangsa asli dan terpencil dari pengaruh kebudayaan Eropa –Amerika) yang sekitar tahun 1930 mulai hilang, dan sesudah perang dunia II memang hampir tidak ada lagi di muka bumi ini.
Mengenaai tujuannya, ilmu antropologi yang baru dalam
fase perkembangannya yang keempat ini dapat di bagi dua, yaitu tujuan
akademikal dan tujuan praktisnya. Tujuan akademisnya adalah mencapai pengertian tentang makhluk manusia pada umumnya dengan
mempelajari keragaman bentuk fisiknya, masyarakat, serta kebudayaannya. Karena di dalam praktik ilmu antropologi biasanya mempelajari
masyarakat suku-bangsa,maka tujuan praktisnya adalah mempelajari manusia dalam keragaman masyarakat suku bangsa guna
membangun masyarakat suku bangsa itu.
B.
Antropologi Masa Kini
1. Perbedaan-perbedaan di Berbagai Pusat Ilmiah
Secara kasar aliran-aliran dalam antropologi dapat di
golongkan berdasarkan atas berbagai universitas di beberapa Negara tempat ilmu
antropologi berkembang, yaitu terutama di Amerika Serikat, Inggris, Eropa
tengah, Eropa tengah, Eropa utara, Uni Soviet, dan Negara-negara yang sedang
berkembang.
Di Amerika Serikat, ilmu antropologi telah memakai dan
mengintegrasikan seluruh warisan bahan dan metode dari ilmu antropologi dalam
fasenya yang pertama,kedua,dan ketiga, di tambah dengaan berbagai spesialisasi
yang telah di kembangkan secara khusus untuk mencapai pemahaman tentang
dasar-dasar dari keragaman bentuk masyarakat dan kebudayaan manusia yang tampak
pada masa sekarang ini. Artinya, universitas-universitas di Amerika Serikat
adalah tempat ilmu antropologi dalam fase keempatnya itu telah berkembang
seluas-luasnya.
Di Inggris dan Negara-negara yang ada di bawah
pengaruhnya, seperti Australia, ilmu antropologi dalam fase perkembangannya
yang ketiga masih di lakukan, tetapi dengan hilangnya daerah-daerah jajahan
Inggris, maka sifat dari ilmu antropologi tentu juuga berubah. Para sarjana antropologi
bangsa Australia mempelajari suku-suku bangsa asli di papua Nugini dan
kepulauan Melanesia untuk keperluan pemerintah-pemerintah jajahannya di sana
(sekarang bekas jajahan). Di samping menunjukkan antropologi untuk keperluan
pemerintah jajahannya, maka setelah daerah-daerah jajahan itu menjadi merdeka,
para sarjana inggris memperhatikan berbagai masalah yang lewbih luas mengenai
dasar-dasar masyarakat dan kebudayaan manusia pada umum nya. Dalam hal ini
metode antropologi yang telah dikembangkan di Amerika Serikat juga sudah mulai
mempengaruhi berbagai lapangan penelitian para ahli antropologi di inggris.
Di Eropa tengah seperti jerman, Australia, dan swiss,
hingga kira-kira awal tahun 1970-an saja ilmu antropologi masih bertujuan
mempelajari bangsa-bangsa diluar Eropa untuk memahami tentang sejarah
penyebaran kebudayaan seluruh umat manusia di muka bumi ini. Jadi sifat
antropologinya masih berada pada fase kedua. Walaupun demikian, ahir-ahir ini
pengaruh ilmu antropologi dari Amerika juga sudah mulai tampak pada para ahli
antropologi generasi muda di Jerman barat dan Swiss.
Di Eropa utara,di Negara-negara skandinavia, ilmu
antropologi sebagai bersifat akademikal, sewperti di Jerman dan Australia.
Mereka juga mempelajari banyak daerah di benua-benua di luar Eropa, tetapi
Keistimewaan mereka terletak dalam hasil-hasil penelitian tentang kebudayaan
suku bangsa Eskimo. Di samping itu, para sarjana dari Negara-negara Skantinavia
juga mempergunakan banyak metode antropologi yang telah di kembangkan di Amerika
Serikat.
Di Uni Soviet, perkembangan ilmu antropologi di luar
tidak banyak di kenal karena Uni Soviet hingga kira-kira sekitar tahun 1960
memang seolah-olah mengisolasikan diri dari dunia lain.sungguhpun demikian,
beberapa tulisan tentang perkembangan Ilmu antropologi di Uni Soviet
menunjukkan bahwa aktifitas penelitan antropologi disana sangat besar. Ilmu
antropologi di Uni Soviet berdasarkan konsep Karl Marx dan Friedrich Engels
mengenai tingkat-tingkat evolusi masyarakat.
Di Indonesia, baru mulai dikembangkan suatu ilmu
antropologi khas Indonesia. Beruntunglah kita bahwa dalam hal menentukan
dasar-dasar dari antropologi Indonesia belum terikat oleh suatu tradisi
sehingga kita masih merdeka untuk memilih dan mengombinasikan unsure-unsur dari
berbagai aliran antropologi yang paling cocok atau yang dapat di selaraskan
dengan masalah kemasyarakatan di Indonesia. Konsepsi mengenai luas dari
batas-batas lapangan penelitian antropologi dan seluruh integrasi luas daari
metode-metode antropologi, dapat kita contoh dari Amerika.
2. Perbedaan-perbedaan Istilah
Sampai sekarang di berbagai Negara masih dipakai
berbagai istilah.
Ethnogrhaphy berarti “pelukisan
tentang bangsa-bangsa”.istilah ini di pakai di Eropa Barat untuk menyebut bahan
keterangan yang termaktub dalam karangan-karangan tentang masyarakat dan
kebudayaan suku bangsa di luar Eropa, serta segala metode untuk menbgumpulkan
dan mengumumkan bahan itu.
Ethnology yang berarti “ilmu
bangsa-bangsa”, adalah juga suatu istilah yang telah lama di pakai sejak
permulaan terjadinya antropologi. Sekarang di banyak Negara istilah itu mulai
di tinggalkan, hanya di amerika dan inggris masih di pakai untuk menyebut
bagian dari antropologi yang khusus mempelajari masalah-masalah yang
berhubungan dengan sejarah perkembangan kebudayaan manusia.
Volkerkunde berarti “ilmu
bangsa-bangsa”.istilah itu di pergunakan terutama di Eropa tangah sampai
sekarang.
Kulturkunde berarti “ilmu
kebudayaan”. Istilah ini pernah di pakai oleh seorang sarjana antropologi dari
Jerman,L.Frobenius, dalam arti yang sama dengan pemakaian ethnology di Amerika. Pernah juga di
pakai oleh seorang guru besar Universitas Indonesia,G.J. Held. Dalam bahasa
Indonesia istilah itu menjadi “ilmu kebudayaan”.
Anthropology berarti “ilmu tentang
manusia”, dan adalah suatu istilah yang sangat tua. Dahulu istilah itu di
gunakan dalam arti yang lain, yaitu “ilmu ntentang cirri-ciri tubuh
manusia”(malahan pernah juga dalam arti “ilmu anatomi”). Dalam perkembangan
fase ketiga sejarah perkembangan antropologi, istilah itu mulai di pakai
terutama di Inggris dan Amerika.
Istilah curtural
anthoropology akhir-akhir ini terutama di
pakai di Amerika, tetapi kemudian juga di Negara-negara sebagai istilah untuk menyebut bagian dari ilmu antropologi
dalam arti luas yang tidak mempelajari manusia
dari sudut fisiknya, jadi sebagai lawan daripada physical anthropology.sekaran di pakai Secara resmi
oleh Universitas Indonesia menjadi “antropologi budaya”, untuk menggantikan
istilah G.J. Held “ilmu kebudayaan”.
Istilah social
anthropologi di pakai di Inggris untuk
menyebut antropologi dalam fase ketiganya, sebagai lawan ethnology,yang di sana di pakai untuk
menyebut antropologi dari fase-fase sebelumnya. Di Amerika di mana segala macam
metode yang saling bertentangan di selaraskan menjadi satu, social
anthropology dan ethnology merupakan dua subbagian dalam
ilmu antropologi.
C. Ilmu-ilmu Bagian dari Antropologi
1. Lima ilmu bagian dari antropologi
Lima masalah penelitian khusus antropologi di Amerika
yaitu:- Masalah sejarah asal dan perkembangan manusia (atau evolusinya) secara biology
- Masalah sejarah terjadinya beragam makhluk manusia, di pandang dari sudut ciri-ciri tubuhnya.
- Masalah sejarah asal, perkembangan, dan penyebaran beragam bahasa yang di ucapkan manusia di seluruh dunia.
- Masalah perkembangan, penyebaran, dan terjadinya beragam kebudayaan manusia di seluruh dunia.
- Masalah mengenai asas-asas kebudayaan manusia dalam kehidupan masyarakat dari semua suku bangsa yang tersebar di seluruh muka bumi.
- Lima bagian dari ilmu antropoloigy
Paleo-antropologi adalah ilmu bagian yang meneliti asal-usul atau terjadinya dan
evolusi manusia dengan mempergunakan sisi-sisa tubuh yang telah membantu
(fosil-fosil manusia) tersimpan dalam lapisan-lapisan bumi yang harus di dapat
oleh si peneliti dengan berbagai metode penggalian.
Antropologi fisik dalam arti khusus adalah bagian dari ilmu antropologi yang mencoba
mencapai suatu pengertian tentang sejarah terjadinya beragam manusia di pandang
dari sudut cirri-ciri tubuhnya.
Etnolinguistik atau antropologi linguistic adalah suatu ilmu
bagian yang asal mulanya berkaitan erat dengan ilmu antropologi.bahkan
penelitiannya yang berupa daftar kata-kata, pelukisan tentang cirri-ciri dan
tempat di muka bumi ini, terkumpul bersama-sama dengan bahan kebudayaan suku
bangsa.
Etnologi adlah bagian ilmu yang mencoba mencapai pengertian mengenai
asas-asas manusia, dengan mempelajari kebudayaan-kebudayaan dalam kehidupan
masyarakat dari sebanyak mungkin suku bangsa yang tersebar di saeluruh muka
bumi pada masa sekarang ini.
Deascriptive integration dalam etnologi
mengolah dan mengintegrasikan menjadi satu hasil penelitian dari sub-sub ilmu
antropologi fisik, etnolinguistik, ilmu prehistori,dan etnografi. descriptive integration selalu mengenai satu daerah tertentu.
2. Spesialis Antropologi
Pengkhususan penelitian antropo;ogi terhadap
masalah-masalah praktis dalam masyarakat belum lama berkembang.tetapi, suatu
subilmu antropopologi pembangunan masyarakat secara sadar baru di kembangkan
setelah ada ilmu etnopsikologi.
Walaupun demikian, spesialisasi antropologi lain baru
berkembang dengan pesat setelah perang dunia II, dalam hubungan dengan masalah
pembangunan di Negara-negara berkembang.
Di samping itu timbul beberapa spesialisasi
antropologi lain,yaitu antropologi pembangunan atau development anthropology yang menggunakan metode-metode, konsep-konsep dan teori-teori
antropologi untuk mempelajari hal-hal yang nberkaitan dengan pembangunan
masyarakat desa, masalah sikap petani terhadap teknologi baru dan sebagainya.
Akhirnya perlu di sebut suatu spesialisasi yang paling
bar dalam antropologi, yaitu subilmu antropologi untuk psikiatri. Di antara
penyakit-penyakit jiwa yang di obati oleh para dokter penyakit jiwa atau
psikiater, ada yang bukan di sebabkan karena kerusakan dalam otak atau dalam
organ, melainkan karena jiwa dan emosi yang tertekan.
D.
Hubungan antara Antropologi-Sosial dan Sosiologi
1. Persamaan dan Perbedaan antara Kedua Ilmu
jika di tinjau lebih khusus, akan tampak beberapa
perbedaan, yaitu:
- Kedua ilmu itu masing-masing mempunyai asal-mula dan sejarah perkembangannya yang berbeda.
- Asal mula sejarah yang berbeda menyebabkan adanya suatu perbedaan pengkhususan pada pokok dan bahan penelitian dari kedua ilmu itu.
- Asal mula dan sejarah yang berbeda juga telah menyebabkan perkembangannya beberapa metode dan masalah yang klhusus dari kedua ilmu masing-masing.
2. Sejarah Perkembangan Sosiologi
Pada mulanya ilmu sosiologi hanya merupakan bagian
dari ilmu filsafat.para ahli filsafat yang menganalisis segala hal yang ada
dalam alam sekelilingnya,juga tidak lupa memekirkan tentang masyarakatnya.
Pada fase kedua, tepatnya setelah timbul krisis-krisis
besar dalam kehidupan masyarakat bangsa eropaa (seperti revolusi
prancis,revolusi industry,dan sebagainya),timbul kegiatan menganalisis
masalah-masalah masyarakat yang semakin di galakkan.
3. Pokok Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi
Kesimpulannya adalah perbedaan antara antropologi dan
sosiologi tidak dapat di tentukan lagi oleh perbedaan antara masyarakat suku
bangsa diluar lingkungan Eropa-Amerika dengan masyarakat bangsa Eropa-Amerika.
Kemudian kalau perbedaan itu juga tidak dapat di tentukan oleh perbedaan antara
masyarakat pedesaan dengan masyarakat perkotaan, maka perbedaan nyata harus di
cari, yaitu kedua ilmu itu memakai metode ilmiah yang berbeda.
4. Metode Ilmiah dari Antropologi Social dan Sosiologi
Antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam hal
meneliti kebudayaan-kebudayaan suku bangsa penduduk pribumi di Amerika,Asia,
Afrika, dan Oseania. Suku-suku bangsa ini biasanya hidup di dalam
masyarakat-masyarakat pedesaaan yang kecil, yang dapat di teliti dalam
keseluruhannya sebagai kebulatan. Sebaliknya, ilmu sosiologi selalu lebih
memusatkan perhatian pada unsure-unsur atau gejala khusus dalam masyarakat
manusia, dengan menganalisis kelompok-kelompok social yang khusus (social grouping) hbungan antara
kelompok-kelompok atau individu-individu (social relations) atau proses-proses yang
terdapat dalam kehidupan suatu masyarakat (social processes).
Pengalaman dalam hal meneliti masyarakat kecil telah
member kesempatan pada para ahli antropologi untuk mengembangkan berbagai
metode penelitian yang bersifat penelitian intensif dan mendalam misalnya
dengan metode wawancara. Sebaliknya, para ahli sosiologi yang biasanya meneliti
masyarakat kompleks, lebih banyak mempergunakan berbagai metode penelitian yang
bersifat penelitian meluas, seperti dengan metode angket.
Dunia antropologi mempunyai pengalaman yang lama dalam
hal menghadapi keragaman (diversitas) yang besar antara beribu-ribu kebudayaan
dalam masyarakat kecil yang tersebar di seluruh muka bumi ini.
Sosiologi lebih banyak berpengalaman dalam hal
meneliti gejala masyarakat perkotaan yang kompleks dan kurang memperhatikan
sifat beragam hidup masyarakat dan kebudayaan manusia yang menjangkau seluruh
dunia.
Di samping adanya dua kompleks metode yang mempunyai
dasar-dasar yang berbeda, sebenarnya banyak metode peneliti lain yang sekarang
sudah di pakai oleh kedua ilmu itu sama. Memang, antropologi social dan
sosiologi adalah dua ilmu yang mempunyai dua kompleks metode yang saling dapat
isi-mengisi dalam proyek-proyek penelitian masyarakat yang sama.
E.
Hubungan antara Antropologi dan Ilmu-ilmu Lain
Kecuali
dengan ilmu psikologi dan ilmu sosiologi seperti yang kita lihat di atas, ilmu
antropologi serta sub-subilmunya juga mempunyai hubungan yang sangat banyak
dengan ilmu-ilmu lain. Hubungan itu biasanya bersifat timbal-balik. Antropologi
perlu bantuan ilmu-ilmu lain itu, dan sebaliknya ilmu-ilmu lain itu
masing-masing juga memerlukan bantuan antropologi.ilmu-ilmu lainitu yang
terpenting di antaranya adalah :
- Ilmu geologi
- Ilmu paleontology
- Ilmu anatomi
- Ilmu kesehatan masyarakat
- Ilmu psikiatri
- Ilmu linguistic
- Ilmu arkeologi
- Ilmu sejarah
- Ilmu geografi
- Ilmu ekonomi
- Ilmu hokum ada
- Ilmu administrasi
- Ilmu politik
F.
Metode Ilmiah dari Antropologi
1. Metode Ilmiah dan Pengumpulan Fakta
Metode
ilmiah dari suatu ilmu pengetahuan adalah segala cara yang di gunakan dalam
ilmu tersebut, untuk mencapai suatu kesatuan pengetahuan.tanpa metode ilmiah,
suatu ilmu pengetahuan bukanlah suatu ilmu melainkan suatu himpunan pengetahuan
saja, tentang berbagai gejala alam atau masyarakat, tanpa ada kesadaran tentang
hubungan antara gejala-gejala yang terjadi. Kesatuan pengetahuan itu dapat di
capai oleh para saarjana yang bersangkutan melalui tiga tingkat,yaitu:
1. Pengumpilan data
2. Penentuan cirri-ciri umum dan system
3. Verifikasi
Untuk antropologi-budaya, tingkat ini adalah
pengumpulan fakta mengenai kejadian dan gejala masyarakat dan kebudayaan untuk
pengolahan secara ilmiah.
Pada umumnya, metode-metode pengumpulan fakta dalam
ilmu pengetahuan dapat di golongkan ke dalam tiga golongan dan masing-masing
mempunyai perbedaan pokok, yaitu:
(i) Penelitian
di lapangan
(ii) Penelitian
di laboratorium
(iii) Penelitian dalam perpustakaan
Untuk ilmu antropologi-budaya penelitian lapangan
merupakan cara yang terpenting untuk mengumpulkan fakta-faktanya;selain itu
penelitian di perpustakaan juga penting. Sedangkan metode-metode penelitian di
labiratorium (yang merupakan metode pengumpulan fakta yang utama dalam
ilmu-ilmu alam dan tegnologi), hamper tidak berarti untuk ilmu antropologi.
2. Penentuan Cirri-ciri Umum dan Sistem
Ilmu antropologi yang bekerja dengan bahan berupa
fakta-fakta berasal dari sebanyak mungkin macam masyarakat dan kebudayaan dari
seluruh dunia, untuk mencari cirri-ciri umum di antara beragam fakta tersebut
di gunakan berbagai metode perbandingan (metode komparatif).
Dalam ilmu-ilmu alam, penentuan ciri-ciri umum dan
system dalam fakta-fakta alam di lakukan dengan cara mencari
perumusan-perumusan yang menyatakan berbagai macam hubungan mantap antara
fakta-fakta tadi.
Mengenai kemungkinan adanya kaidah-kaidah tentang
tingkah laku manusia dalam kehidupan masyarakat itu, masih ada beberapa
anggapan yang bertentangan di antara para sarjana. Sebagian berkata bahwa
fakta-fakta mengenai tingkah laku manusia itu tidak mungkin dapat di rumuskan
ke dalam kaidah-kaidah yang mantap, sedangkan bagian lain berkata bahwa sampai
suatu batas tertentu hal itu mungkin.
Pada abad ke-19 pernah ada para sarjana yang menganut
anggapan sebaliknya yaitu bahwa ilmu-ilmu social itu dapat merumuskan
kaidah-kaidah mengenai semua gejala kehidupan masyarakat dan kebudayaan
manusia, tetapi sekarang anggapan yang seperti itu sudah berkurang di dunia
ilmiah. Anggapan yang lazim saat ini, berada di antara kedua ekstrem tadi.pada
ilmu-ilmu social, dan ilmu antropologi, sebagian besar dari pengetahuannya
bersifat “pengertian” mengenai kehidupan masyarakat dan keudayaan. Namun ada
pula pengetahuan yang berupa kaidah-kaidah social budaya.
3. verifikasi
Metode-metode untuk verifikasi atau pengujian terdiri
dari cara-cara menguji rumusan kaidah-kaidah atau memperkuat “pengertian” yang
telah dicapai, di lakukan dalam kenyatan-kenyatan alam atau masyarakat yang
hidup. Ilmu antropologi yang lebih banyak mengandung pengetahuan berdasarkan
“pengertian” dari pada pengetahuan yang berdasarkan kaidah, mempergunakan
metode-metode verifikasi yang bersifat kuantitatif. Dengan mempergunakan
metode-metode kualitatif, ilmu antropologi mencoba memperkuat pengertiannya
dengan menerapkan pengertian itu dalam kenyataan, yaitu pada beberapa
masyarakat yang hidup, tetapi dengan cara mengkhusus dan mendalam.
Pada metode kuantitatif sering di gunakan cara-cara
untuk mengolah fakta social dalam jumlah yang besar, dan metode itu disebut statistic.
Metode statistic yang dulu memang kurang di pergunakan dalam ilmu antropologi,
sementara sekarang mulai menjadi suatu metode analisis yang sangat penting
dalam ilmu itu.
G.
Tenaga Sarjana, Lembaga, Majalah, dan Prasarana Ilmu Antropologi
1. Kehidupan Ilmiah
Suatu cabang ilmu pengetahuan dikatakan hidup apabila para ahli di
bidangnya melakukan kegiatan-kegiatan penelitian untuk memecahkan berbagai
macam masalah ilmiahnya.
Lembaga-lembaga ilmiah biasanya memberi sokongan kepada paara ahli
yang melakukan proyek-proyek penelitian, menyelenggarakan pertemuan-pertemuan
atau kongres-kongres ilmiah.tempat para penelitan dapat berjumpa untuk bertukar
fikiran, dan sering kali lembaga-lembaga itu membiayai terbitnya majalah-majalah
ilmiah. Kedua hal tersebut terakhir, yaitu kongres-kongres dan majalah-majalah
ilmiah, sangat di perlukan untuk perkembangan suatu cabang ilmiah, karena di
situlah para penelitan dapat mengumpulakn hasil-hasil penelitiannya.dengan
demikian para ahli lain dapat memeriksa kebenaran hasil-hasil itu, atau dapat
memakainya sebagai landasanuntuk mengembangkan persoalan-persoalan dan
penelitian-penelitian lebih lanjut.
PENUTUP
Demikian yang dapat kami paparkan mengenai
materi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih
banyak kekurangan dan kelemahannya, kerena terbatasnya pengetahuan dan kurangnya rujukan
atau referensi yang ada hubungannya denganj udul makalah
ini.
Penulis banyak berharap Kepada Dosen
Pembimbing da Teman-teman yang Membaca sudi Kiranya memberikan kritik dan saran yang membangun
kepada penulis demi sempurnanya makalah ini dan dan penulisan makalah di
kesempatan – kesempatan berikutnya.
Semoga makalah ini berguna bagi
penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada umumnya.
Wassalamualaikum
Wr. Wb
Hormat Saya
RIRIN MARISA
Daftar Pustaka
ü https://www.google.com/search?newwindow=1&hl=id&site=webhp&source=hp&q=asas+asas+ruang+lingkup+ilmu+antropologi&oq=asas-asas+ruang+lingkup+antropologi.&gs_l=hp.1.4.0l2j0i22i30l8.605.8477.0.20652.26.20.0.0.0.0.7884.105107.7-1j0j19.20.0....0...1c.1.26.hp..25.1.1169.4vMSbEeheeg
Tidak ada komentar:
Posting Komentar